Gambar 4. Penampang Skematis Hutan Rawa
Gambut Dikubah Gambut.
Formasi Vegetasi Ekosistem Hutan
Rawa Gambut
Menurut
wibisono, et al, (2005) dan wetland
(2005) dalam elfis (2006)
keterbatasan nutrient pada lahan gambut, terutama pada bagian tengah kubah
gambut, menjadikan hutan rawa gambut memiliki struktur yang khas. Pada bagian
tepi umumnya di dominasi jenis-jenis tumbuhan yang tinggi dengan diameter yang
besar yang serupa dengan hutan dataran rendah lainnya berubah menjadi
pohon-pohon dengan diameter yang lebih kecil di pusat kubah.
2.1
Keanekaragaman
Hayati Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sungai Mandau
Tabel 6. Nama Tumbuhan Tingkat Pohon dan
Tiang yang ditemukan pada Ekosistem Hutan Rawa Gambut di Propinsi Riau
No
|
Nama
Lokal
|
Nama
Ilmiah
|
Family
|
1
|
Ambacang
|
Mangifera
feotida Laur
|
Anacardiaceae
|
2
|
Arang Arang Malam
|
Diospyros
malaccensis Bakh
|
Ebenaceae
|
3
|
Arang Arang
|
Diospyros
puncticulosa Bakh
|
Ebenaceae
|
4
|
Bengku
|
Ganua
motleyana Pierre
|
Sapotaceae
|
5
|
Bintangur
|
Calophyllum
inophylide King
|
Guttiferae
|
6
|
Darah Darah
|
Horsfieldia
irya Warb
|
Myristicaceae
|
7
|
Durian Burung
|
Durio
carinatus Mast
|
Bombaceae
|
8
|
Geronggang
|
Cratoxylon
arborescens Bl.
|
Guttiferae
|
9
|
Jangkang
|
Xylopia
malayana Hk.f.et.Th
|
Annonaceae
|
10
|
Kelakok
|
Melannorhoe
sp
|
Anacardiaceae
|
11
|
Kelat
|
Eugenia
sp
|
Myrtaceae
|
12
|
Kempas
|
Koompassia
malaccensis Maing
|
Caesalpinaceae
|
13
|
Kerwing
|
Dipterocarpus
apendicullatus Scheff
|
Dipterocarpaceae
|
14
|
Keranji Hutan
|
Dialiummaingayi
Bakh
|
Caesalpinaceae
|
15
|
Kerbau Jalang
|
Melannorhoe
aptera King
|
Anacardiaceae
|
16
|
Mendarahan
|
Myristica
sp
|
Myristicaceae
|
17
|
Mangga Hutan
|
Mangifera
foetida Lour
|
Anacardiaceae
|
18
|
Manggis Manggis
|
Garcinia
sp
|
Guttiferae
|
19
|
Medang Lundu
|
Lindera
sumbubelliflora Bl.
|
Lauraceae
|
20
|
Medang Pergai
|
Ostodes
panicullata Bl.
|
Lauraceae
|
21
|
Medang Tingkat
|
Actinodaphne
glabra Bl.
|
Lauraceae
|
22
|
Meranti Bunga
|
Shorea
teysmannia Dyer
|
Dipterocarpaceae
|
23
|
Meranti Bakau
|
Shorea
uliginosa Foxw
|
Dipterocarpaceae
|
24
|
Meranti Rawa
|
Shorea
parvivolia Dyer
|
Dipterocarpaceae
|
25
|
Meranti Burung
|
Shorea
acuminta Dyer
|
Dipterocarpaceae
|
26
|
Mersawa Paya
|
Anisoptera
margarita Korth
|
Dipterocarpaceae
|
27
|
Mersawa Kuning
|
Anisoptera
curtisii Dyer
|
Dipterocarpaceae
|
28
|
Medang
|
Litsea
sp
|
Lauraceae
|
29
|
Nyatoh
|
Palaquium
sumatranum Burk
|
Sapotaceae
|
30
|
Pulai
|
Alstonia
pneumatopora Buck
|
Apocynaceae
|
31
|
Pisang Pisang
|
Kandelia
condel Druc
|
Rizhoporaceae
|
32
|
Parak Parak
|
Amoora
rubiginosa Hiern
|
Meliaceae
|
33
|
Pasir Pasir
|
Urandra
scorpiodes Pulle
|
Icaseae
|
34
|
Perapat
|
Combretocarpus
rotundatus Dans
|
Bombaceae
|
35
|
Punak
|
Tetrameristra
glabra Miq
|
Theaceae
|
36
|
Punggai
|
Coelostegia
griffit Hii Benth
|
Bombaceae
|
37
|
Ramin
|
Gonestilus
bacanus Kurz
|
Thymelaceae
|
38
|
Balau Hitam
|
Shorea
atrinervosa Sygminton
|
Dipterocarpaceae
|
39
|
Rengas
|
Gluta
renghas L
|
Anacardiaceae
|
40
|
Resak
|
Vatica
walichii Dyer
|
Dipterocarpaceae
|
41
|
Simpur
|
Dillenia
excelsa Gilg
|
Dilleniaceae
|
42
|
Suntai
|
Palaqium
burkii H.J.L
|
Sapotaceae
|
43
|
Terantang Manuk
|
Comnosperma
auriculata Hook.f
|
Anacardiaceae
|
44
|
Terantang
|
Comnosperma
macrophyla Hook.f
|
Anacardiaceae
|
45
|
Trembasah
|
Fragraec
fragrans Roxb
|
Loganiaceae
|
46
|
Trenggayun
|
Paratocarpus
triandus J.J.S
|
Moraceae
|
(Sumber:
Elfis, 2010)
2.2
Rantai Makanan Dan Jaring-Jaring Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sungai
Mandau
2.4.1.Rantai Makanan Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Sungai Mandau
Rantai
Makanan Di Anak Sungai Mandau
|
Gambar 5 (Arsip, 6E)
Gambar 6 (Arsip
6E 2014)
Gambar 7 (Arsip
6E 2014)
Gambar 8 (Arsip
6E 2014)
2.4.2. Jaring-jaring Makanan
Ekosistem Hutan Rawa Gambut
|
Gambar 9 (Arsip
6E 2014)
2.3
2.5. Interaksi
Antar Tumbuhan pada Jaring-Jaring Makanan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Sungai
Mandau
Komponen
biotik dan abiotik saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik. Adanya
hubungan timbal balik dalam ekosistem menyebabkan sistem akan terguncang
apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen sekalipun.
1.Interaksi Antar Komponen Biotik
Interaksi
antar komponen biotik merupakan interaksi yang terjadi antar populasi organisme
yang menyusun ekosistem.
a. Mutualisme
Mutualisme
merupakan bentuk hubungan atau interaksi antarorganisme dari dua spesies yang
berbeda. Hubungan mutualisme akan menguntungkan bagi kedua organisme yang
terlibat didalamnya. Beberapa spesies dapat hidup tanpa organisme partner
mutualismentya. Hubungan seperti ini disebut dengan Mutualisme Fakultatif.
Berbeda lagi dengan mutualisme Obligatif, yaitu hubungan yang terjadi antara
kedua jenis organisme yang hanya dapat hidup dengan bermutualisme. Contoh
bentuk mutualisme adalah bakteri yang hidup didalam system pencernaan hewan
Herbivora. Hewan herbivor berukuran besar tidak bisa mencerna selulosa.
Dibutuhkan bakteri simbiotik atau protozoa pada saluran pencernaan hewan
tersebut untuk memecah selulosa.
Beberapa
contoh Mutualisme lainnya :
·
Simbiosis antara fungi dengan ganggang hijau biru
membentuk Lichen
·
Simbiosis fungi dengan akar tumbuhan membentuk
mikoriza
·
Simbiosis antara semut dengan Aphit, semut melindung Aphit
dari pemangsanya, sedangkan Aphit memberikan cairan sejenis madu kepada semut
b.
Komensalisme
Komensalisme merupakan bentuk
hubungan antau interaksi antar organisme dari dua spesies yang berbeda, yang
mana hanya satu organisme saja yang memperoleh keuntungan sedangkan lainnya
tidak terpengaruh.Hubungan
antara ikan remora dengan ikan hiu merupakan contoh komensalisme. Ikan remora
menempel pada badan ikan hiu, sehingga ikan remora dapat berpindah tempat
dengan cepat, ikan remora juga mendapatkan keuntungan lainnya, yaitu memperoleh
makanan sisa dari ikan hiu. Ikan hiu sendiri tidak diuntungkan dann juga tidak
dirugikan dari keberadaan ikan remora
c.
Alelopati
Alelopati adalah hubungan
atau interaksi antarorganisme, yang mana keberadaan satu organisme dapat
menghambat pertumbuhan atau perkembangan organisme lainnya melalui pelepasan
toksin atu racun
d.
Predasi
Predasi
adalah Hubungan
atau interaksi antar organisme yang mana satu organisme memakan organisme
lainnya. Organisme yang memakan disebut predator, sedangkan organisme yang
dimakan disebut mangsa. Pada
umumnya hubungan makan dan dimakan ini berlangsung antara spesies yang berbeda,
meskipun demikian beberapa hewan pemangsa sesama jenisnya (Kanibalisme).
Contoh hubungan
Predasi yaitu pada singa dengan Zebra, Kuda dengan Rumput, dan ular dengan Tikus.
e.
Kompetisi
Kompetisi
adalah Terjadinya
hubungan atau interaksi yang menyebabkan Persaingan untuk mendapatkan sumber
yang terbatas/Relung
Kompetisi
terbagi 2, yaitu :
·
Kompetisi Intraspesifik
yaitu Dapat
terjadi antar individu dan spesies yang sama
Contoh: Persaingan antar tumbuhan Sorghastrum
nutans dalam mendapatkan nitrogen
·
Kompetisi Interspesifik
yaitu Kompetisi
yang terjadi antar individu dari dua spesies yang berbeda
Contoh: Persaingan antara kuda dan sapi dalam
memperoleh rumput diladang pengembalaan yang sama.
f.
Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antar organisme berbeda
spesies, yang mana satu jenis organisme (parasit) hidup bersama atau menumpang
dengan mikroorganisme lainnya (inang) dan menimbulkan kerugian bagi organisme
yang ditumpanginya.
Organisme
parasit yang tidak beradaptasi dengan baik akan menyebabkan ketidaknyamanan
bagi inangnya. Ketidaknyamanan bias dalam bentuk iritasi akaibat gigitan atau
rasa gatal. Organisme parasit yang menyebabkan sakit pada inangnya disebut
dengan pathogen
1.
Interaksi Antara Komponen
Biotik Dengan Komponen Abiotik
Interaksi
antar komponen biotik dengan komponen abiotik terjadi karena komponen biotik
dalam suatu ekosistem akan dipengaruhi oleh kondisi komponen abiotiknya.
Kemampuan hidup organisme pada kondisi lingkungan tertentu disebut dengan rentang toleransi.Hukum toleransi menyatakan bahwa
keberadaan, kelimpahan, dan penyebaran spesies tertentu dalam suatu ekosistem
ditentukan oleh satu atau lebih faktor fisik dan kimia lingkungan yang masih
bisa ditoleransi oleh spesies tersebut. Oleh karenanya, setiap spesies dalam
ekosistem mempunyai batas toleransi, yaitu batas maksimum dan minimum kondisi
fisik dan kimia lingkungan untuk bertahan hidup.
Adakalanya suatu populasi dalam
ekosistem sangat dipengaruhi oleh satu jenis komponen abiotik atau faktor Pembatas. Jika jumlah
factor pembatas terlalu banyak ataupun sedikit maka pertumbuhan populasi akan
terhambat, walaupun komponen-komponen abiotik lainnya berada dalam jumlah yang
optimal untuk pertumbuhan populasi tersebut. Faktor pembatas lainnya adalah salinitas.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ekosistem
merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme
hidup dengan lingkungan mereka. Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan
oleh A.G.Tansley pada tahun 1935.Sebelumnya, telah digurnakan istilah-istilah
lain, yaitu biocoenosis dan mikrokosmos (Elfis, 2010).
Menurut Noor, (2004), rawa adalah
kawasan sepanjang pantai, aliran sungai,danau atau lebak yang menjorok masuk
kepedalaman sampai sekitas 100 km atau sejauh dirasakanya pengaruh gerakan
pasang. Jadi lahan rawa dapat dikatakan sebagai lahan yang mendapatkan pengaruh
pasang surut air laut atau sungai sekitarnya. Pada saat musim hujan lahan
tergenang sampai satu meter,tetapi pada musim kemarau menjadi kering bahkan
sebagai muka air tanah turun mencapai jeluk < 50 cm.
Tanah
gambut merupakan tanah yang tersusun dari bahan organik, baik dengan ketebalan
bahan organik lebih dari 45 cm ataupun terdapat secara berlapis bersama tanah
mineral pada ketebalan penampang 80 cm serta mempunyai tebal lapisan bahan
organik lebih dari 50 cm (Suhardjo, 1983). Tanah gambut tersebut pada umumnya
mengandung lebih dari 60 % bahan organik (Driessen, 1977).
Gambut
adalah bahan tanah yang tidak mudah lapuk, terdiri dari bahan organik yang
sebagian besar belum terdekomposisi atau sedikit terdekomposisi serta
terakumulasi pada keadaan kelembaban yang berlebihan. Berdasarkan kandungan
bahan organik, dikenal dua golongan tanah yaitu tanah mineral yang mengandung bahan
organik berkisar antara 15-20% dan tanah organik yang mengandung bahan organik
berkisar antara 20-25% bahkan kadang-kadang sampai 90% mengandung bahan organik
(Buckman dan Brady, 1982).
Menurut
Noor (2001) suhu gambut sendiri lebih besar daripada suhu udara antara hutan
dan lahan kosong.Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup
hutan, suhu gambut berkisar 25,5–29,0 0C dan jika keadaan terbuka
berkisar 40,0–42,5 0C.
Jaring-
jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup
lainnya.
3.2
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,maka dari itu
penulis meminta kepada pembaca khususnya dosen pembimbing agar memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
LAMPIRAN
Tumbuhan Yang Ada di Hutan Rawa
Gambut
Pohon
Akasia Sp
1
Paku
Ilalang
2. Lokasi
Ke 2
|
Sawit
Kanalisasi
Lokasi
Ke 3
Sp 2 Sp
3
|
Lokasi Ke 4
Paku Tanaman
Merambat
Sp
4 Pandan
Lumut Sp
5
Sp 6 Lumut
Sp 7
Hewan
Yang Ada di Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Capung Laba-laba
Jenis
Akar Yang Ada di Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Akar papan
Akar tunjang
Akar
lutut
Akar
penghisap
Jenis
Tanah Pada Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Serasah
Humus
Kanal
dan Keadaan Airnya
DAFTAR
PUSTAKA
http://www//BlogSukasuka Potensi dan Tantangan Pengelolaan Gambut di
Indonesia.htm diakses tanggal 15 Mei 2014
http://elfisuir.blogspot.com/
Ekosistem HutanRawa Gambut.htm
diakses tanggal 31 Mei 2014
http://www. Gambut -
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses tanggal 15 Mei 2014
http://
www. Hutan rawa gambut.htm diakses tanggal 7 juni 2013
http://
ILMU 212 Pengertian Rantai Makanan dan
Jaring-Jaring Makanan.htm diakses tanggal 15 Mei 2014
http://
Proses Pembentukan Gambut di Indonesia _ ValKauts.htm diakses tanggal 15 Mei
2014
http://
Sifat Fisika-Kimia dan Permasalahan Gambut _ ValKauts.htm diakses tanggal 15
Mei 2014
http://
THE OIL PALM PLANTERS Potensi dan
Pengelolaan Lahan Gambut untuk Kelapa Sawit.htm diakses tanggal 15 Mei 2014
Giesen,
W. 1991. Berbak Wildife reserve, jambi. Reconnaisance Survey Report. PHPA/AWB
Sumatera Wetland Project Report No. 13. Asean Wetland Bureau Indonesia. Bogor
diakses tanggal 15 Mei 2014
Widjaja
adhi. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. Jurnal LITBANG
Pertanian V(1) : 1 – 19. Diakses tanggal
15 Mei 2014
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0307/21/ilpeng/440414.htm diakses tanggal
22 Mei 2014
Noor, M., 2001.
Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Penerbit
Kanisius.
Diakses tanggal 22 Mei 2014
http://
www. Seberapa burukkah ini Pembuat
kebijakan perlu banyak informasi emisi lahan gambut _ CIFOR Forests News
Blog.htm#.UamJo5iw9EA diakses tanggal 22 Mei 2014
http://
www.Proyek percontohan REDD+ Merang hasilkan teknik pendugaan cadangan karbon
lahan gambut _ CIFOR Forests News Blog.htm#.UamJm5iw9EA diakses tanggal 22 Mei
2014
http:// www.
Lingkungan gambut/lingkungan.php.htm dikases tanggal 22 Mei 2014
http://
www.peringatan-2-februari-hari-lahan-basah-lika-liku.html diakses tanggal 22
Mei 2014
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/pengertian-ekosistem.html diakses tanggal
16 Mei 2014
http://faralish.blogspot.com/2010/09/faktor-abiotik-ekologi.html diakses tanggal
16 Mei 2014
http://www.dayuardiyuda.blogspot.com/2009/01/jaring-makanan-pada-tingkat
ekosistem.html
diakses tanggal 16 Mei 2014
http://www.dayuardiyuda.blogspot.com/2009/01/jaring-makanan-pada-tingkat-ekosistem.html diakses tanggal
16 Mei 2014
http://www.personal.umich.edu/~thoumi/Research/Carbon/Forests/Forests,%20Wetlands%20International/CCFPI%20Project/Flyers/Silviculture/Silvi01.pdf diakses tanggal
16 Mei 2014
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=346&uniq=3600 diakses tanggal
16 Mei 2014
http://biologi.engviet.com/biologi/ekosistem-dan-konservasi/ diakses tanggal
16 Mei 2014
Masyihud.2010. Penyelamatan Semenanjung Kampar Sebagai Kawasan
Dengan Nilai Konservasi Tinggi (KNKT). Pusat Informasi Kehutanan : Jakarta http://www.dekbud.go.id/files/sipers_451_2010_0.pdf diakses tanggal 16
Mei 2014
http://
tanah-hutan-rawa-gambut-propinsi-riau.html diakses 10 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar